Chavilleblog – Fashion Tanpa Batas kini menjadi sorotan utama dalam industri mode global. Enam bulan lalu, tren TikTok yang menekankan kesopanan dan kesadaran diri sempat mendominasi, namun kini, para selebritas justru menghidupkan kembali gaya berpakaian berani dengan busana transparan di berbagai ajang bergengsi. Dari karpet merah hingga peragaan busana, tren ini terus mencuri perhatian dan memicu perdebatan.
Pada ajang Brit Awards pekan lalu, Charli XCX mencuri perhatian dengan gaun hitam transparan yang dikenakannya. Penampilannya bahkan memicu ratusan keluhan kepada Ofcom, badan pengawas media Inggris. Dalam pidato kemenangannya, ia menanggapi kontroversi ini dengan mengatakan, “Saya dengar ITV mengeluhkan tentang puting saya. Saya rasa kita sedang berada di era ‘free the nipple’, bukan?”
Tren ini juga tampak di berbagai acara penghargaan lainnya seperti Oscars dan Grammys. Bianca Censori, istri Kanye West, membuat heboh dengan gaun nyaris tak terlihat yang dikenakannya di karpet merah. Sementara itu, selebritas seperti Paris Jackson dan Ice Spice juga mengikuti tren ini dengan busana transparan yang menarik perhatian di London dan Paris Fashion Week.
“Trump ke Rusia: Hentikan Perang atau Kena Tarif Besar”
Fashion Tanpa Batas tak lepas dari pro dan kontra. Beberapa melihatnya sebagai bentuk ekspresi diri dan kebebasan dalam berpakaian, sementara yang lain menganggapnya sebagai pencitraan sensasional belaka. Di media sosial, Charli XCX mendapat dukungan sekaligus kritik atas pilihan busananya. Ada yang berpendapat bahwa tubuh perempuan seharusnya tidak dipolitisasi, sementara yang lain merasa bahwa pakaian seperti itu tidak pantas ditampilkan di acara yang ditonton oleh banyak orang, termasuk anak-anak.
Banyak desainer ternama juga mulai memasukkan elemen transparan dalam koleksi mereka. Dior, misalnya, menghadirkan busana berbahan tipis dengan detail rumit yang tetap terkesan elegan. Maria Grazia Chiuri, direktur kreatif Dior, menyebut tren ini sebagai bentuk afirmasi kode budaya, estetika, dan sosial dalam mode. Naked dressing yang sempat populer di tahun 1990-an kini kembali merajai dunia fashion, menandakan bahwa mode memang selalu bersiklus.
Fenomena Fashion Tanpa Batas bukan hanya tentang mengekspos tubuh, tetapi juga bagian dari gerakan yang lebih besar, yakni kebebasan berekspresi dan pemberdayaan diri. Abhi Madan, direktur kreatif dari Amarra, berpendapat bahwa tren ini adalah simbol dari keberanian dan kebebasan dalam berbusana. “Free the nipple bukan sekadar tentang eksposur, melainkan juga tentang mengubah norma fashion konvensional,” ujarnya.
Meski demikian, tidak semua orang setuju. Anna Murphy, direktur mode The Times, mengkritik tren ini sebagai bentuk ketimpangan gender, karena lebih banyak perempuan yang mengikuti tren ini dibandingkan laki-laki. Namun, beberapa pria juga mulai ikut serta, seperti Timothée Chalamet yang tampil dengan atasan tanpa punggung di Venice Film Festival dan Harry Styles dengan jumpsuit terbuka di Grammys.
Terlepas dari perdebatan yang terjadi, Fashion Tanpa Batas terus berkembang dan semakin banyak diterima di dunia mode. Apakah ini akan menjadi perubahan permanen dalam standar fashion, atau hanya tren sementara? Yang pasti, tren ini telah berhasil menantang batasan dan mendefinisikan ulang keberanian dalam berbusana.
“Dylan Mulvaney’s Memoir & Adolescence: This Week’s Releases!”