Chavilleblog – Kashmir Fashion Show yang digelar pekan lalu di sebuah kota bersalju yang indah di wilayah Kashmir yang dikelola India telah memicu kontroversi besar yang masih terus berlanjut. Acara ini diselenggarakan oleh merek fesyen ternama, Shivan & Narresh, di resor ski Gulmarg pada hari Jumat lalu untuk memamerkan koleksi pakaian musim dingin mereka. Sebagai merek besar pertama dari luar Kashmir yang menggelar acara semacam ini, ajang ini seharusnya menjadi momen bersejarah bagi dunia fesyen di wilayah tersebut. Namun, yang terjadi justru sebaliknya protes dan kemarahan merebak di berbagai kalangan.
Kashmir Fashion Show dengan cepat menuai kecaman dari masyarakat setempat, politisi, dan pemuka agama di Kashmir yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Kemarahan semakin membesar setelah Elle India mengunggah video di media sosial yang menampilkan beberapa model mengenakan pakaian dalam atau bikini. Video lain yang dibagikan oleh majalah online Lifestyle Asia juga memperlihatkan pesta setelah acara. Di mana para tamu tampak menikmati minuman beralkohol di ruang terbuka.
“Strategi Digital: Kunci Sukses Menembus Pasar Global”
Banyak warga yang tersinggung karena acara ini digelar di bulan suci Ramadan, bulan yang dihormati umat Muslim sebagai waktu beribadah dan berpuasa. Sejumlah pemuka agama bahkan menyebut acara ini sebagai “tidak senonoh” dan “menghina nilai-nilai moral”. Kritik juga datang dari sudut pandang budaya. Di mana beberapa pihak menilai bahwa acara ini mencerminkan upaya “penyusupan budaya” dari pihak luar ke dalam wilayah yang memiliki tradisi dan identitasnya sendiri.
Kashmir Fashion Show akhirnya memicu perdebatan luas, tidak hanya di media sosial tetapi juga dalam arena politik. Setelah gelombang protes meningkat, Elle India dan Lifestyle Asia menghapus video yang telah mereka unggah. Para desainer di balik merek Shivan & Narresh, yaitu Shivan Bhatiya dan Narresh Kukreja, segera mengeluarkan permintaan maaf. Mereka menyatakan bahwa tujuan utama mereka hanyalah merayakan kreativitas dan sama sekali tidak bermaksud menyinggung keyakinan agama atau budaya setempat.
Perdebatan ini bahkan mencapai tingkat parlemen, dengan oposisi menuduh pemerintah setempat telah memberikan izin tanpa mempertimbangkan sensitivitas masyarakat. Sementara itu, Ketua Menteri Jammu dan Kashmir, Omar Abdullah. Menegaskan bahwa acara tersebut bukan bagian dari kebijakan pemerintah, melainkan diadakan oleh pihak swasta. Ia juga meminta pihak berwenang setempat untuk menyelidiki masalah ini dan menyerahkan laporan resmi. “Jika ada hukum yang dilanggar, tindakan tegas akan diambil,” ujarnya dalam sidang parlemen pada hari Senin.
Sampai saat ini, pihak kepolisian belum mengungkapkan detail tentang siapa penyelenggara acara tersebut dan apakah ada pelanggaran hukum yang terjadi. Kashmir Fashion Show, yang awalnya diharapkan sebagai ajang inovasi fesyen. Kini justru menjadi simbol pertarungan antara modernitas dan tradisi di salah satu wilayah paling sensitif di India.
“Netflix’s $320M Sci-Fi: Soulless, Dumb But a Massive Hit”