Chavilleblog – China tantang dominasi teknologi global dalam pernyataan tegas yang disampaikan Perdana Menteri Li Qiang pada World AI Conference 2025 di Shanghai. Dalam forum prestisius tersebut, China menyerukan pembentukan sebuah organisasi internasional kecerdasan buatan (AI) yang bertujuan menciptakan sistem yang lebih adil, terbuka, dan inklusif. Langkah ini dinilai sebagai strategi besar dalam menghadapi monopoli teknologi oleh segelintir negara maju, terutama dalam ranah AI generatif, data besar, dan komputasi awan.
China tantang dominasi ini bukan hanya sebatas retorika, namun juga menawarkan arah kebijakan yang mendorong kolaborasi antarnegara berkembang. Beijing ingin memastikan bahwa akses terhadap inovasi AI tidak hanya menjadi milik negara-negara elit teknologi seperti AS atau Eropa Barat. Seruan ini menuai sorotan tajam dan menjadi topik hangat dalam diskusi geopolitik dan teknologi global.
Organisasi AI Global: Inisiatif Strategis atau Taktik Diplomasi Digital?
China tantang dominasi dalam bentuk konkret melalui usulan organisasi AI global yang akan bertugas menyusun standar internasional, etika penggunaan AI, serta membuka jalur kerja sama teknologi antarnegara. Menurut Li Qiang, pendekatan ini sangat dibutuhkan demi menciptakan ekosistem digital yang seimbang, di mana negara-negara Asia, Afrika, dan Amerika Latin tidak hanya sebagai pengguna, tapi juga sebagai inovator.
“Cloud & Cargo: Revolusi Logistik Digital Berbasis LaaS”
Meski ide tersebut menuai dukungan dari beberapa negara berkembang. Tidak sedikit pihak yang skeptis dan menganggap langkah ini sebagai upaya China untuk memperluas pengaruhnya di arena global. Terutama saat tensi dengan Barat soal teknologi semakin meningkat. Namun, dorongan terhadap prinsip open-source dan akses terbuka disambut baik oleh komunitas teknologi global.
Dunia Menuju Tata AI Baru
Jika terealisasi, usulan ini bisa menjadi titik balik dalam tata kelola AI global. China tantang dominasi teknologi dengan membalik narasi lama yang selama ini dikuasai Silicon Valley. Dengan pendekatan yang lebih kolektif. Inisiatif ini dapat menciptakan kesetaraan digital dan mempercepat perkembangan teknologi di negara-negara yang selama ini tertinggal.
Konferensi AI tahun ini mencerminkan bahwa perlombaan teknologi bukan lagi soal kecepatan, tetapi juga arah dan prinsip. China memosisikan dirinya sebagai arsitek alternatif dunia digital masa depan dan jika ide ini mendapat dukungan luas. Lanskap AI global bisa berubah drastis dalam beberapa tahun mendatang.