Chavilleblog – Bos Telegram kembali menjadi sorotan, bukan karena inovasi teknologinya, melainkan keputusan pribadi yang mengejutkan. Pavel Durov, pendiri aplikasi pesan instan Telegram, mengumumkan bahwa ia akan mewariskan seluruh kekayaannya diperkirakan mencapai US$13,9 miliar atau sekitar Rp225 triliun kepada lebih dari 100 anak biologisnya yang lahir melalui program donor sperma.
Langkah tidak biasa ini sontak memicu diskusi global mengenai definisi keluarga, hak waris, dan peran seorang miliarder dalam mengatur pewarisan kekayaannya. Dalam pernyataannya, Bos Telegram menyebutkan bahwa ia ingin “mendistribusikan warisan kepada generasi baru yang memiliki potensi luar biasa.” Namun, keputusan tersebut juga menimbulkan banyak tanda tanya: siapa yang akan mengatur distribusi? Apa dasar legalnya? Dan bagaimana implikasi sosialnya?
Membongkar Norma: Warisan dan Biologi
Keputusan Bos Telegram untuk memilih jalur donor sperma sebagai cara membentuk “keluarga besar” telah menciptakan diskursus tajam. Banyak pihak menilai langkah ini sebagai bentuk pembangkangan terhadap norma tradisional pewarisan yang biasanya berbasis keluarga inti atau filantropi konvensional.
“Biaya Logistik Melonjak hingga 20% Akibat Krisis Global”
Sebagian ahli etika dan hukum keluarga menyatakan kekhawatiran tentang hak identitas anak-anak tersebut, akses terhadap warisan, dan potensi konflik hukum di masa depan. Namun, ada juga yang melihat ini sebagai bentuk “filantropi ulang” mendistribusikan kekayaan langsung kepada generasi penerus biologis tanpa campur tangan lembaga atau yayasan.
Filantropi Gaya Baru atau Eksperimen Sosial?
Bagi Bos Telegram, keputusan ini bukan sekadar pembagian harta, melainkan pernyataan ideologis. Dalam beberapa wawancara terdahulu, Durov memang dikenal sebagai sosok yang anti-birokrasi dan mendorong kebebasan individu. Warisan model ini pun dianggap sebagian kalangan sebagai bentuk eksperimen sosial: menciptakan jaringan genetik global yang mewarisi lebih dari sekadar materi melainkan visi dan nilai hidup.
Di era ketika banyak miliarder mendirikan yayasan amal atau memilih warisan untuk tujuan publik. Langkah Durov dinilai sangat pribadi dan di luar kebiasaan. Apakah ini akan menginspirasi pengusaha lain? Atau justru menciptakan preseden yang berbahaya?
Yang pasti, Bos Telegram kembali membuat dunia berbicara kali ini. Bukan soal pesan instan, tapi pesan warisan yang mengguncang logika masyarakat modern.