Chavilleblog – Amerika Serikat gagalkan upaya gencatan senjata di Gaza setelah kembali menggunakan hak vetonya dalam sidang Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Resolusi tersebut didukung oleh 14 dari 15 anggota dewan, termasuk negara-negara besar seperti Prancis, Inggris, dan Tiongkok. Namun, sikap Amerika Serikat menjadi satu-satunya penghalang bagi disahkannya resolusi yang bertujuan menghentikan pertumpahan darah di Gaza.
Resolusi itu menyerukan gencatan senjata segera dan perlindungan bagi warga sipil di tengah meningkatnya eskalasi kekerasan antara militer Israel dan kelompok Hamas. Meski mendapat dukungan luas, keputusan Amerika Serikat gagalkan resolusi ini dinilai bertolak belakang dengan seruan global untuk perdamaian dan perlindungan hak asasi manusia.
Pihak Gedung Putih menyatakan bahwa resolusi tersebut dianggap “tidak seimbang” karena tidak secara eksplisit mengutuk serangan terhadap Israel dan tidak menjamin keamanan jangka panjang di kawasan tersebut. Namun, kritik tajam datang dari berbagai organisasi kemanusiaan yang menilai veto ini menunjukkan keberpihakan politik dibandingkan komitmen terhadap perdamaian.
Dampak Veto AS terhadap Krisis Kemanusiaan di Gaza
Amerika Serikat gagalkan resolusi pada saat situasi kemanusiaan di Gaza memburuk. Laporan terbaru dari badan-badan PBB menyebutkan bahwa ribuan warga sipil telah tewas atau terluka, termasuk anak-anak dan perempuan. Infrastruktur sipil seperti rumah sakit, sekolah, dan tempat pengungsian rusak berat akibat serangan udara.
“Digital Twin: Kunci Cerdas Transformasi Rantai”
Veto dari Amerika Serikat mempersulit pengiriman bantuan kemanusiaan dan memperpanjang penderitaan masyarakat sipil. Beberapa negara anggota PBB menyatakan kekecewaannya terhadap keputusan Washington, menyebutnya sebagai hambatan serius terhadap proses diplomatik yang sedang berlangsung.
Sementara itu, demonstrasi pro-perdamaian kembali merebak di berbagai negara, termasuk di dalam negeri AS sendiri, menuntut perubahan kebijakan luar negeri Amerika yang lebih berorientasi pada penyelesaian damai konflik.
Sorotan Dunia Terhadap Peran Amerika Serikat di Timur Tengah
Amerika Serikat gagalkan resolusi ini bukanlah kejadian pertama. Dalam sejarah konflik Israel-Palestina, AS telah menggunakan hak vetonya puluhan kali untuk melindungi sekutunya, Israel, dari tekanan internasional. Keputusan tersebut memperkuat citra Amerika sebagai kekuatan besar yang lebih mementingkan kepentingan strategis dibandingkan solusi jangka panjang untuk perdamaian regional.
Beberapa analis politik menilai bahwa langkah AS ini dapat merusak legitimasi Dewan Keamanan PBB sebagai lembaga internasional yang netral dan efektif. Selain itu, ketegangan antara blok Barat dan negara-negara Global South juga semakin terlihat tajam dalam sidang PBB terakhir.
Kini, tekanan terhadap Amerika Serikat untuk lebih mendengarkan suara mayoritas internasional semakin kuat. Dunia menanti langkah lanjutan dari komunitas global untuk mendorong gencatan senjata, dengan atau tanpa dukungan penuh dari Washington.